Surat

Images by google


Saat bebungaan ditaburkan, baju pengantin dijahitkan, undangan disebarkan, dan ijab diqabulkan... Maka saat itulah 'Arsy yang agung terguncang. Karena kuatnya perjanjian yang dipikulkan.
.
Tahukah?
Saat itulah dosamu menjadi dosaku.
Selangkah kakimu mendekati panasnya neraka, dua langkah aku berjalan menujunya lebih cepat.
.
Maka mudahkanlah tugasku.
Ringankan bebanku.
Karena sungguh, menjadi suami yang memikul segala dosamu, adalah berat.
Menjadi ayah untuk anak-anakmu, adalah payah.
.
Sedang rasa rinduku pada ibu, tidak bisa lagi kutuntaskan.
Rambut putihnya, kulit tuanya, mata lelahnya, selalu kurindukan.
Tapi kamu masih merengek, katamu ibuku selalu memancing perang.
.
Foto-foto cantikmu di berbagai akun sosial yang aku tak punya, pergaulanmu dengan teman kerja, selemari pakaian baru berbagai warna, bukankah aku akan turut serta ikut ditanyai oleh-Nya?
Bagaimana jika dikatakanNya bahwa aku tak menjaga?
Tak memberimu ilmu tentangnya?
.
Lalu saat diingatkan, kamu menangis tersedu.
Katamu segala hormon kewanitaanmu memaksaku untuk memahamimu.
Lalu apakah laki-laki tak patut turut merajuk, tersebab tak memiliki hormon yang ada padamu?
.
Sekali lagi, sayang.
Mudahkanlah jalanku.
Aku tahu kamu tulang rusukku.
Bengkok, dan rapuh.
Bila kubiarkan maka engkau akan semakin bengkok.
Dan apabila kuluruskan paksa, maka engkau begitu mudah untuk patah.
.
Tapi, katakanlah.
Aku bukan cenayang yang akan tahu apa yang ada di dalam kepalamu, jika kamu tak bicara.
...
****
Air mataku menetes pelan, semakin lama semakin deras. Membasahi ponsel yang baru saja berbunyi mengirimkan pesan darinya. Pesan dari hatinya. Sungguh, aku telah begitu jahat pada imamku.
.
Lantas aku bergegas ke dapur. Dengan tangan bergetar, membuatkan kopi pahit dengan sedikit gula kesukaanya. Hatiku mencelos. Tapi, biarlah. Sungguh diri ini lupa bahwa segala wangi surga, ada pada ridhanya.
.
Aku mengetuk pintu kamar pelan. Entah harus bagaimana memulai percakapan. Atau apa yang pertama-tama harus kukatakan. Mataku terkunci pada sosoknya. Kudapati ia begitu terlihat lelah. Seorang yang kucinta, tengah terduduk di tepi ranjang. Menunduk, menyimpan segala luka. Dengan raut muka yang tak akan pernah aku lupa.
.
@ummusagara, 24 Maret 2017.

Read Comments

9 komentar:

Rumah Abu Abu mengatakan...

Oh Allah....mba Maeee!!

Rumah Abu Abu mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Rumah Abu Abu mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Wiwid Nurwidayati mengatakan...

Hiks hiks...daleeeem

Nodiwa mengatakan...

Ehem ... Ini pengalaman pribadi ya mbak? ^^

Unknown mengatakan...

Aiiih mbak hikmah speechless nih.. Asek asek. Thank you 4 visiting ma blog yah

Unknown mengatakan...

Belajar mbak, biar bisa nulis kayak mbak wid:)

Unknown mengatakan...

Tidaaaak.. Jangan sampai, mbak. Bahaya kalau pengalaman pribadi mah, berati saya nyebelin -,-

Unknown mengatakan...

Tidaaaak.. Jangan sampai, mbak. Bahaya kalau pengalaman pribadi mah, berati saya nyebelin -,-

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men