Lagi, untuk Sagara


Maafkan ibu...
Bukan tangan ini sudah tak hendak menghapus sisa-sisa air matamu, atau tak ingin melantunkan lagu saat matamu mulai memberat. Sungguh juga bukan karena tak sayang.
.
Fitrah kami, sebagai seorang ibu, pastilah ingin selalu dekat dengan anaknya. Dekat sedekat-dekatnya. Menghidu setiap aroma bersamamu, atau sekedar berpura-pura menikmati bubur imajinasimu.
.
Tentulah kamupun tahu, bahwa setiap hela napas yang kita hembuskan setiap detik, tidak akan pernah kembali. Dan mungkin, ibu akan menyesali setiap hela napas yang kau buang, tanpa ada ibu di sampingmu.
.
Maafkan ibu, mungkin dengan cara ini, ibu memaksamu untuk lebih cepat matang dari anak seusiamu.
Semoga Allah ridha, dan selalu mendekapmu, dalam sebaik-baiknya penjagaan.
.
Berbahagialah dengan teman dan pengasuhmu, Nak. Insyaallah dimanapun kamu menghabiskan waktu, kamu tetap anak sholih yang menebarkan senyum untuk orang di sekitarmu :)
.
Mudah-mudahan betah di daycare barunya ya sayang :*
READ MORE - Lagi, untuk Sagara

Read Comments

Sunda; Basa Asing Keur Pribumina

gambar kenging ti Google

Tos lami hoyong nulis nganggé Basa Sunda téh. Rumaos hésé sareng teu aya katiasa, mung pami teu usaha, moal aya hasilna.
.
Wengi tadi sim kuring maca status nu maké Basa Sunda, janten kasuat-suat. Hoyong ngelingan keur sorangan, sukur-sukur aya babaturan nu ngiringan.
.
Prak geura titénan, atawa sebatan. Saha waé nu di bumi murangkalihna nyarios Basa Sunda? Sigana mung hiji dua anu ngacung. Tapi Alhamdulillah sim kuring mah sareng Pun Lanceuk masih keneh nganggé Basa Sunda pami ngajak ngobrol budak, sanajan sakapeung sok kacampuran ku Basa Indonesia.
.
"Lucu aya budak alit nyarios Sunda." Kitu pan pok uwana Sagara nu ti Bogor manakala ngaregepkeun éta budak nuju nyarita. Naha dugi ka kituna? Siganamah ku jarang-jarangna jaman ayeuna budak nyarios basa Sunda.
.
"Aa mau kemana?" Taros hiji tatangga ka Sagara. Tuh, nganggé Basa Indonesia deui wae.
"Bade ka warung." Ku budak ditembal nganggé Sunda.
"Mau beli apa?"
"Mésér susu anu biru."
"Mau atuh, boleh minta?"
"Henteu."
Tungtungna indungna nu gereget, " Ka Sagara mah nyariosna Sunda waé, Kang." Dikitukeun mah, nembé nyambung frékuensina sareng budak.
.
Sim kuring rumaos teu tiasa nyarios Sunda leres. Rumaos kasar da digedékeun di lingkungan nu nyalariosna kitu ayana. Komo deui kana undak usuk basa, jauh nonggéng ka langit. (Ieu gé ngarang, duka leres duka henteu).
Ngan aya kénéh kahariwang, ieu Basa bakal punah.
.
Urang Sundana waé tos alim nyarios Sunda, jadi saha nu bakal ngajaga tur ngawariskeun ka turunanana? Tuh, tengetan urang Jawa. Sanajan di Jakarta, ari sareng baladna mah uplek weh nyarios Basa Jawa. Naha ari urang Sunda?
.
Aya nu kantos ngobrol ka pegawai Yogya atanapi Indomaret ngangge Basa Sunda? Pasti nyariosna Indonesia.
"Mbak, detergent sebelah mana, ya?"
"Di rak ketiga dari ujung."
Kitu pan? Naha kudu "Mbak"? Naha kudu ku Basa Indonesia? Da yakin sim kuring mah, eta nu nanya jeung ditanya teh, nu hiji moal jauh ti urang Cikole, nu hijina urang Cihideung.
.
Sanés anti kana basa persatuan. Keun da basa Indonesia mah, teu diajaran gé budak bakal bisa nyalira. Tapi pami Basa Sunda teu diajarkeun ti alit, yakin tos sakola moal tiasa. Pangalaman ningali guru Basa Sunda menteun ulangan, nilaina teu tebih ti nilai opat. Kumaha teu opat, da budak ayeuna mah moal apal mana nu di sebut langseng, boboko, atawa aseupan?
.
" Bu ,neranginnya jangan pakai Basa Sunda, gak ngerti." Pok barudak sok protes manakala sim kuring nerangkeun IPA tapi maké Basa Sunda.
"Tah, kusabab hidep teu diajarkeun Basa Sunda di bumi, sok di sakola ku ibu ajarkeun sakedik-sakedik." Tembal sim kuring bari heuay.
.
Tos ah, sakitu. Tuh budak Sunda nu diobrolkeun tadi tos gugah, gegeroan milarian ummina.
.
#SapoeSatulisanTapiTosDuaPoeNgahutang
READ MORE - Sunda; Basa Asing Keur Pribumina

Read Comments

Balada OLshop



Bismillah.
.
Hari Jum'at kemarin saya gak setor tulisan karena niatnya mau buat cerpen. Cerpen belum beres, waktunya udah keburu abis. Padahal cerpennya juga gak bagus. Harus banyak berguru sama teman ODOP yang bisa melahirkan cerpen maknyus dalam waktu singkat, nih.
.
So, saya membayar utang tulisan dengan cerita ini dulu. Mumpung masih anget. Baca sampai selesai atau kamu akan ketinggalan info penting (maksa Mode On)
.
Saya kecewa sama Online Shop!
.
Tapi itu tiga puluh menit yang lalu. Karena sekarang rasa kecewa itu berubah menjadi rasa takjub dan sempat membuat saya speechless. Apa pasal?
.
Berawal dari sebuah status di beranda facebook, sang empunya OLshop buku menawari diskon.
.
Cling!
Langsung berbinar dong ya, mata saya lihat diskonan. Langsung dah saya bintangin  Tentang Kamu, buku teranyar Tere Liye, dan Lapis-lapis Keberkahan punyanya Salim A. Fillah, yang dulu sempat saya ubek di Gramedia tapi gak nemu.
.
Tapi sayang! Diskon hanya berlaku jika saya pesan empat buku. Sementara budget hanya buat dua buku. Jadilah saya mencari kawan. Siapa tahu ada yang mau ikut join, jadi kita sama-sama dapat diskonan. (Kreatifnya muncul kalau udah nyangkut diskon, dasar emak-emak).
.
Malang nasib ternyata gak ada yang mau. Setelah curhat sama si pemilik OLshop, Beliau kasian sama saya. Heuheu, akhirnya saya tetap dikasih diskon walau hanya beli dua. Menghargai usaha saya, katanya. Yeah! Rizki anak sholeh.
.
Lalu selesailah proses transfer di hari Minggu pagi, minggu lalu. Dan saya meneruskan hidup sambil nunggu paketan dua buku yang memang udah kepengen banget saya baca.
.
Daaaan, karena saya minta dikirim pakai jasa pengiriman yang paling murah (secara ya, Jogja-Lembang) datanglah si paketan buku itu hari ini. Setelah enam hari menunggu, si cinta pun tiba.
.
Saya yang sedang menjemur baju di lantai atas mendengar pintu diketuk, dibuka oleh suami. Dari dialog yang terdengar, saya yakin itu paket buku saya. Lalu dengan hati riang gembira saya menelantarkan jemuran yang belum selesai demi membuka paketan.
.
"Tere Liyeee..." Saya bersorak. Bergegas membuka paket.
"Wah, asyik mi bukunya tebel." Suami berkomentar begitu saya mengeluarkan dua buku.
.
Etapi tunggu! Kening saya berkerut. Ini mah Tere Liye-nya Rindu! Buku lama yang sudah saya baca. Mendadak lemas deh pundak saya. Jadi melorot duduknya. Bayangan hari ini bermesraan dengan Bang Tere sirna sudah.
.
"Yaaaaah, Abi, ini mah Rindu! Umi udah baca." Walaupun buku Rindu dulu saya hanya pinjam teman, tetap aja kecewa karena saya sudah baca. Mungkin lain cerita kalau saya belum baca. Selama bukunya Tere Liye mah, pasti bagus semua. Mungki saya juga gak akan protes sama si Mbak pengirim.
.
"Dih. Banyak kali, Mi, yang musti dipaketin makanya jadi salah."
.
Dengan wajah berkerut dan bibir cemberut akhirnya saya menghubungi sang pemilik OLshop.
.
"Mbak, ini mah Tere Liyenya Rindu. Saya udah baca. Saya kan pesannya Tentang Kamu. Gimana nih Mbak, Rindunya musti saya kirim ke Jogja lagi?" Sent. Tidak lupa dengan emoticon manyun dua biji.
.
"Walah. Iya toh, Mbak? Sebentar saya tanya teman dulu. Soalnya yang packing teman saya."
.
Saya menunggu jawaban selanjutnya sambil membuka wrapping buku satunya yang enggak salah judul.
.
"Mbak, maaf sekali ya atas kelalaian kami. InsyaAllah hari Senin kami kirim kembali." Begitu jawabnya.
.
Lalu saya membalas, "Mbak, Rindu harganya 55rb kan yah? Saya transfer aja ya. Biar gak harus ongkir lagi." Saya rasa itu solusi terbaik. Karena saya malas kalau harus packing buku dan nganterin ke jasa pengiriman yang entah ada dimana (yah walaupun sebenarnya suami yang bakal pergi)
.
Dan apakah jawabannya?
"Tidak usah, Mbak. Bukunya tidak usah dikembalikan. Tidak perlu transfer juga. Kalau Mbak sudah baca, kasih ke yang lain saja. Buat hadiah."
.
Ya Allah, saya langsung speechless. Baik banget gak sih ini si Mbak penjual buku?
.
Untung saya gak marah-marah pas complain. Kalau iya, malunya bisa dobel tuh. Nah, kesimpulannya, saya mau kasih tau aja ke teman-teman, ada OLshop yang jual buku baik banget di Jogja sana. Nama Fbnya, "Kun Dyas Suryaningrum".
.
Sila berbelanja di sana. Karena pemilik lapaknya cantik, baik hati, tidak sombong, ramah, pemberi diskon pula. Jangan-jangan masih single? #eh
.
Tapi ntar kalau beli jangan pura-pura salah buku ya, kasian ntar bangkrut ganti rugi mulu!
.
Sekian dari saya. Happy shopping!
.
#OneDayOnePost
READ MORE - Balada OLshop

Read Comments

Kunamai Kalian Kawan


Kunamai kalian kawan
Menelusur jalan
Bersama menggerogoti es murahan
Atau berlari, dilempari batu oleh anak perumahan
.
Terik siang
Tingkap dimakan malam
Tawa kita pada rumus fisika
Atau hiragana
Masih terngiang
.
Ingatkah pada wajah memberenggut?
"Remedial, remedial!"
.
Juga pada tawa, "Si lumba-lumba"
Masih kuingat kita berpayah-payah berburu bakteri
Dan jerami
Untuk Pak Didi guru Biologi
.
Rasanya seperti purnama kemarin, bukan?
Dan kini kita menua bersama
.
Ibu... Ibu...
Pasukan cilik kelak menggelayut di kanan kiri kita
.
Mari,
Kenalkan pada mereka
"Inilah sahabat Ibu tersayang, Nak"
.
.
#OneDayOnePost
#after 11 year and still great :D
READ MORE - Kunamai Kalian Kawan

Read Comments

Tipe Blog Walker


bloganool.com

Siapa yang tidak senang saat tulisan yang dibuat mendapat banyak pengunjung dan komentar? Seneng dong yah pastinya. Dalam dunia per-blog-an ada istilah blog walking.
.
Apa itu?
Ya walking. Jalan-jalan. Kita mengunjungi blog orang lain, membaca, meninggalkan komentar. Dengan begitu ada feedback link milik kita di blog yang kita kunjungi, dengan harapan sang pemilik blog juga akan kembali jalan-jalan ke blog milik kita.
.
Seru, kan?
Selain mengundang pengunjung ke blog kita, blog walking juga bisa membuat kita menambah wawasan, memancing inspirasi menulis, memperkece tampilan blog, juga menambah teman. Biasanya saya sering blog walking (BW) di akhir pekan. Atau paling tidak, setiap hari, minimal 3 blog dikunjungi (aturan ODOP).
.
Tapi, pengunjung blog ini ada lho jenis-jenisnya. Gak shohih sih ya, hanya berdasarkan pengalaman pribadi, ini tipe-tipenya.
.
1. Tipe paling oke
Si pengunjung membaca dengan baik, dan memberi komentar dengan baik. Nah, ini yang paling asyik. Tulisan kita dibaca dengan seksama dari awal sampai akhir, diapresiasi, dikomentari apa kelebihan dan kekurangannya. Pujiannya bikin kita tambah semangat nulis, kritikannya bisa membangun bangsa, eh, tulisan kita.
.
2. Tipe silent reader
Yang ini macam secret admirer. Kerjaanya jadi pengunjung setia, tapi enggan meninggalkan jejak. Dibaca, dihayati, dinikmati, abis itu pergi! Salahkah? Oh, tentu tidak. Semua orang berhak membaca tanpa perlu meninggalkan jejak. Nah tipe kebanyakan pengunjung blog, biasanya yang seperti ini. Pernah ada satu tulisan saya yang pembacanya lebih dari dua ratus, tapi komennya cuma ada dua. Mungkin pengunjungya adalah orang-orang yang tidak punya blog, which is rada susah buat berkomentar karena harus login email dan lain sebagainya.
.
3. Tipe "I was here"
Hahaha, rada ganggu juga nih yang kayak gini yah. Doi komen sih, tapi kok, komennya gak nyambung ya? Atau cuma sekedar, "bagus", " keren", tanpa ada tanda-tanda dia baca dengan benar. Yah kalau bisa, jangan jadi yang tipe begini dong yah.. Cuma baca judul, scanning, lalu komentar seadanya. Ninggalin jejak cuma buat dikomen balik. Sah-sah saja sebetulnya, tapi kurang etis. Mari hargai usaha sang penulis dengan jadi pembaca yang baik.
.
4. Tipe plagiator
Tidak! Ini yang paling nyebelin. Berkunjung ke rumah kita, nyerap infonya, terus ditulis lagi tanpa izin, tanpa mencantumkan sumber. Dicatut gitu aja, seolah-olah tulisan itu milik dia. Jangan sampai, karena kejahatan literasi adalah plagiasi. Tolong hargai kami yang menulis terseok-seok untuk menghasilkan paragraf demi paragraf :)
.
Nah, itu saja. Tapi yang manapun (asal bukan nomer empat ya) tetap baik kok. Jadi, yang mana tipemu? Semoga tetap senang Blog Walking ya! Nice day!
.
.
#OneDayOnePost
READ MORE - Tipe Blog Walker

Read Comments

Such A Little Story



PR ODOP minggu ini, membuat narasi tentang diri sendiri. Berasa jadi orang penting aja kali ya bikin biografi sendiri. Baiklah, jadi kita mulai dari mana? Mungkin bisa dihitung mundur, tepat hari ini, 26 tahun yang lalu.
.
Ya, hari ini. Tercetak jelas di KTP, saya lahir tanggal 15 November. Dari pasangan yang belum pernah punya anak sebelumnya. Otomatis hal ini melabeli saya jadi anak sulung. Terlahir dengan nama Siti Maemunah, karena zaman dulu, ketika memberi nama katanya tidak boleh diberi nama sembarangan. Jadilah nama itu diberikan oleh seorang ustadz, guru mengaji bapak saya.
.
Saya lahir di Lembang, besar di Bandung. Setelah menikah kembali ke Lembang. Berstatus guru di sebuah SDIT, dan mempunyai dua orang anak. Sagara Sunda Alfadli (2y) dan Agra Mahya Alfadli (2m). Keduanya laki-laki, insyaallah jadi anak sholih.
.
Sebetulnya saya tergolong ke dalam kelompok kudet, kuper juga. Dari SD sampai SMA, saya sekolah di dekat rumah. Ah, ya. Kampus juga sama. Semua tempat saya mengenyam pendidikan, jaraknya hanya lima belas menit dari rumah. Belum cukup, saya juga tipe orang yang tidak suka kelayapan. Sekolah-pulang, kuliah-pulang. Yah, otomatis kuper tingkat tinggi mengikuti saya kemanapun saya pergi.
.
Masa SMA, saya baik-baik saja. Dalam artian tidak mengalami manuver berbahaya saat saya sedang dijejali puncak-puncaknya hormon pubertas. Saya pembelajar yang baik, sempat dipercaya jadi utusan sekolah untuk beberapa olimpiade sains. Saya tidak suka kegiatan organisasi, apalagi kongkow-kongkow di warjam, warma, dan entah warung-warung apalagi yang masih eksis sampai detik ini.
.
Suami saya malah sempat bilang, "umi pas SMA pasti tipe ngebosenin yang keluar kelas cuman ke kantin doang. Bawa-bawa buku rumus segede bantal, dan penggaris lengkap sama busur derajatnya." Saya hanya tertawa tanpa bisa menyangkal. Tapi ya enggak gitu-gitu amat kok, saya juga masih punya teman saat SMA dan bahkan masih awet sampai sekarang.
.
Saya yang menghabiskan waktu dua pertiga hidup hanya di rumah ini, akhirnya bisa berkeliaran jauh juga. Rekor melancong saya terpecahkan saat menikahi seorang pecinta alam yang hobinya blusukan ke hutan. Dengannya, finally, saya bisa mengenal banyak tempat yang belum pernah saya kunjungi. Termasuk berhasil mencium aroma tanah Sumatra. Sounds great for a "kurungbatokeun" girl like me, eh?
.
Saya juga orang yang tidak mudah beradaptasi, grogian, sensitif, melankolis-plegmatis. Tipe-tipe yang bakal nangis kalau liat kucing mati, baca novel sedih, atau sekedar nonton film kuch-kuch hota hai.
.
Saya suka sekali membaca. Dan sekarang, menulis. Karena katanya dengan membaca, kita akan mengenal dunia. Tapi dengan menulis, dunia yang mengenal kita. Ahem! Gak muluk-muluk amat sih sampai all around the world must know who am I, cuma sampai sebatas bisa berbagi saja, cukup.
.
Prestasi saya dalam menulis? Nol besar. Karena kebanyakan malas dan ogah belajar lebih. Ada sih  tiga apa empat buku antologi yang sudah terbit, tapi kalau masih indie mah, gak bisa dibanggakan. Cerpen juga pernah beberapa kali dimuat media. Itupun yang honornya ecek-ecek, yang cuma cukup buat beli surabi. Sekarang tulisan saya hanya nyangkut di blog, itupun kebanyakan gak jelasnya.
.
Kesibukan saya sekarang, membesarkan dua permata hati, sambil beradaptasi karena dua minggu lagi masa cuti saya habis. Anyway, saya tidak punya sesuatu yang spesial. Dibawah rata-rata banget. Tapi saya yakin, semua orang berhak untuk bahagia, itu saja.
.
.
#OneDayOnePost
#TantanganDeskripsiDiri
READ MORE - Such A Little Story

Read Comments

(Semoga) Masih

Images by google

"Umi pengen jadi hafidzah." Lamun saya suatu hari, nyeletuk di depan suami.
"Ya bagus atuh, mi."
Lalu sebagai usaha dari pengejawantahan mimpi itu, saya ikut ODOL-One Day One Line.
.
Teknisnya, kita dikasih pasangan dan saling menyetor hafalan setiap hari Senin sampai Sabtu. Dan minggu murajaah hasil hafalan seminggu itu.
.
Semangat? Sangat! Hafalan saya nambah banyak karena termotivasi dengan lingkungan. (Awalnya doang) hahaha. Begitulah. Cuma sampai di niat dan beberapa minggu pertama ikut ODOL. Abis itu, yah futur dengan sukses. Cuma berapa minggu doang, abis itu keluar juga, karena malu ga setor2 :(
.
Hmmh... Sebetulnya mimpi itu masih ada. Suka malu kalau ada murid yang setor hafalan sementara saya masih harus pegang Qur'an karena belum hafal atau karena sudah hafal tapi tidak dijaga.
.
Lebih malu lagi karena bermimpi punya anak hafidz tapi emaknya masih memprioritaskan baca novel, nonton film, atau sekedar leyeh-leyeh main game ular-ularan di ponsel. Hadeuh.
.
"Berapa lama sampai bisa jadi hafidz teh?" Tanya saya pada teman suatu hari. Beliau sudah lulus menghafal 30 juz.
.
"19 bulan teh."
.
"Ih keren banget. Gimana biar bisa secepat itu?"
.
"Emang harus fokus teh. Dulu di kosan, sendiri. Ga ada kerjaan, ngapal aja terus."
.
Hmmh sound easy, isnt it? Saya pernah punya target setidaknya umur 30 lah sudah jadi hafidz. Atau setidaknya, sampai kapanpun tetap berusaha menjadi hafidz. Tapi helllooow, mana usahanya nih? -,-
.
Kurang berusaha. Kurang kemauan. Its not about intelegence. Its about strong will.
.
Ya Allah... Tanamkan lah keinginan kuat itu dalam hati saya... Agar saya bukan cuma jadi emak yang koar-koar nyuruh ngafal qur'an ke anak sementara emaknya cuma hafal surat Al-ikhlas.
.
Tulis impian! Dengan begitu semoga tetap terngiang.
Mimpi saja yang tinggi! Karena mimpi yang tinggi selalu gratis, tidak perlu bayar pajak mimpi pertahun, atau perpanjangan masa aktif perlima tahun.
.
Demikian.
.
#OneDayOnePost
READ MORE - (Semoga) Masih

Read Comments

Sagara dan Toilet Training

images from Google

Bismillah.
.
Judulnya mirip Yotsuba, ya... Komik favorit saya. Tiap chapter judulnya "Yotsuba dan ..."
Hihi pembukaan yang aneh. Biarlah. Kali ini saya ingin berbagi tentang toilet training yang sudah berhasil dilewati Sagara, yeay!
.
Berdasarkan hasil blogging ke blognya emak-emak, proses toilet training itu tidak pernah mudah. Tuh, catat ya. Tidak mudah.
.
Toilet training bisa dimulai pada usia 18-24 bulan, atau ketika anak sudah mulai bisa berkomunikasi dua arah. Minimal dia bisa berekspresi kalau mau pipis atau pup.
.
Dan saya baru mulai toilet training di saat usia Sagara 25m. Bukan apa-apa, karena setiap hari Sagara dititip daycare sekolah, rasanya gak enak aja kalau menitipkan Sagara TT di sekolah. Dan lagi, katanya, sebagai bentuk pendisiplinan pertama bagi anak, kita musti paham juga kondisi psikisnya. Kalau ia mau punya adik, tunggu dulu sampai adiknya lahir dan bisa berdamai dengan adiknya. Kalau mau ganti pengasuh, tunggu sampai ia nyaman dengan pengasuh barunya.
.
Nah berhubung sedang masa cuti dan tanda sayang Sagara ama adeknya udah muncul, saya merasa ini waktu yang tepat.
.
TT dimulai hari Sabtu minggu lalu. Selama dua hari pertama lumayan repot gantiin celana dan ngepelin lantai rumah. Cuman karena suami ada di rumah, makanya proses ini gak begitu menguras emosi. Setiap sejam sekali kami nanya, "Aa mau pipis?" Dan jawabannya selalu tidak.
.
Katanya, sebagai pembiasaan, bawa anak ke toilet per satu atau dua jam. Pancing untuk pipis. Sayangnya hal itu gak berlaku buat Sagara. Saat dia menunjukkan gelagat ingin pipis, dan saya memaksanya untuk ke kamar mandi, dia malah ngamuk. Tidak mau dipipiskan sama sekali. Malah tampak muncul sedikit trauma, karena mau dimandikan pun jadi tidak mau. "Henteu pipis" begitu teriaknya berulang-ulang saat mau dimandikan.
.
Setiap kali pipis, ia malah berusaha menutup-nutupi dan tidak mau ngaku walaupun celananya basah. Sempat merasa putus asa, akhirnya saya biarkan ia pipis dimana saja sesuka hatinya. Namun ternyata malah cara itu yang berhasil.
.
Hari Selasa saya mulai pura-pura cuek, gak pernah nanya apakah ia mau pipis. Juga pura-pura tidak tahu saat dia pipis. Hal itu berhasil membuatnya "ngaku" setiap kali pipis dan minta ganti celana sendiri. Dan di hari rabu, ia sudah berhasil menjaga celananya tetap kering dari mandi pagi sampai sore, karena selalu lapor mau pipis sebelum celananya basah.
.
Alhamdulillah. So proud of you, son!
Empat hari doang udah langsung lancar. Sekarang siang udah lepas pampers dan malam pakai clodi aja. Itupun kadang pas pagi masih kering clodinya.
.
Masa toilet training ini adalah masa dimana anak rentan mendapat hukuman, baik itu fisik maupun omelan. Tips agar TT bisa sukses, hanya dua, sabar dan telaten. Insha Allah bisa. Katanya proses TT bisa sampai berbulan-bulan. Alhamdulillah Sagara sudah lulus dalam empat hari saja. Ya mungkin karena usia juga, agak telat TT-nya. Lumayan lah ya, budget buat pamper Sagara bisa dialihkan ke pampersna Agra. Tidak ada dobel budget, anak senang emaknya pun riang.
.
Demikian :)
.
#OneDayOnePost
READ MORE - Sagara dan Toilet Training

Read Comments

Saat Emak Curhat

Saya pernah dengar teman saya berkata begini, "Kalau sedang di rumah sendirian, dan dua-duanya nangis, saya suka ikut nangis."
.
Atau teman saya yang satu lagi,
"Riweuh pisan (repot banget) Bu Siti, yang sulung lagi BAB teriak-teriak minta dicebok, anak kedua lagi disuapin, umi 'a, umi 'a, minta makan, anak ketiga masih bayi nangis mulu minta ASI. Bingung yang mana yang harus diduluin."
.
Dan saat itu saya yang belum punya anak, hanya tertawa, merasa kalimat-kalimat itu lucu. Lalu sekarang?
.
Saya merasakannya!
Deuh, iya bener, saat sendiri dan duo balita itu menangis, rasanya saya juga jadi kepengen nangis! Ini baru dua lho, apakabar ibu-ibu yang anaknya banyak dan jaraknya deketan? Barakallah, semoga semua anaknya jadi anak sholeh. Dan ibunya diberi pahala yang tidak terputus-putus. Aamiin.
.
Ini hari ketiga saya pulang ke Lembang. Kemarin Sabtu dan Minggu masih oke, karena ada suami yang libur ngajar. Hari ini bener2  I have to do everything by my self! Si kecil yang oe oe, si sulung yang sudah banyak ingin ini-itu dan tak mau begini-begitu ditambah sedang proses toilet training.. Duh! Bukankah menghadapi toilet training saja sudah sulit? Apalagi jika harus featuring dede bayi yang kalau sudah nangis susah dibujuknya. Hmmmm.. Tarik napas. Hembuskan.
.
Benar-benar menguras emosi. Saat dua-duanya tidur dan emaknya bergegas mandi, belum apa-apa si kecil udah oe oe lagi. Apakabar nyuci, nyetrika, dan seabreg tugas lainnya?
.
Ini mengeluh? Mungkin. Protes? Bisa jadi. Luapan emosi? Bisa dikatakan begitu. Frustasi? Semoga tidak! Bukankah ini hal yang lumrah dialami jutaan kaum bertitel emak? Lelah secara fisik dan emosi (tapi berat badan malah nambah). Mungkin di luar sana ada saja yang nyiyir, suruh sapa punya anak jaraknya deketan? Mungkin saja. Mari kita abaikan.
.
Hari ini edisi menguatkan diri sendiri. Bahwa sungguh semua lelah ini bergelimang pahala bagi yang tidak lupa meniatkan ibadah.
Bahwa banyak diluar sana perempuan yang berdoa setiap hari ingin mendengar tangisan bayi yang belum juga diamanahkan padanya.
.
Sungguh, semua ini adalah lelah yang akan terbayar lunas. Bahkan saat menatap mereka tertidur seperti sekarang, saya bahkan sudah merasa rindu pada "kebisingan" yang mereka buat. Rasanya terlalu sepi. Hihihi..

.
Sholih semua ya anak2 umi... Doakan semoga umi bukan emak2 emosian yang menyebalkan dan membuat kalian diperlakukan tidak seperti seharusnya. Aamiin.
.


#OneDayOnePost
(Maaf curhat mulu, otak lagi menolak mikir T_T )
READ MORE - Saat Emak Curhat

Read Comments

First Time Experience with Go Car


Alhamdulillah.
Hari ini keluarga kecil kami kembali pulang. Setelah 45 hari merepotkan mamah, tiba saatnya untuk pulang.
.
Kenapa go car?
Asalnya sih gak kepikiran. Cuma dari cerita temen aja, doi lagi hamil, dan ekstra protektif untuk kehamilannya (karena sempat abortus), dia kemana-mana make go ride. Dan saya baru kepikiran buat ikutan make juga karena katanya murah dan nyaman.
.
And... Guess what... Dari sarijadi ke cikole cuma kena 63rb, dengan barang bejibun plus tiga orang, dua balita. Mana tadi lagi weekend, macet parah jadi ngambil jalan alternatif. Kalau pakai taksi udah berapa tuh... Hihi.. Kayaknya bakal jadi pelanggan nih.
.
Drivernya juga oke, ramah dan nyunda. Cuman agak telat dateng aja, di aplikasi 7 menit nyatanya setengah jam baru jemput. Selain itu mah, worthed banget diorder buat antar jemput dalam kota. Apalagi buat emak- emak yang bawa balita. Insyaallah aman, murah dan nyaman.
.
Demikian :)

#OneDayOnePost

READ MORE - First Time Experience with Go Car

Read Comments

Empat Sebelas




Di empat sebelas
Kami bergerak
Menggemakan takbir
Yang membumbung ke langit
Menembus pintu malaikat, khidmat

Lalu raja disingkap
Tercium khianat
Apa arti aparat
Jika jeruji kami dipaksa kirap

Segala rapal doa malam ini
Telah dibukukan
Meronce malam dingin
Bersamaan dengan lesap gas air mata

Di empat sebelas
Jutaan kami
Membela wahyuMu
Saksikanlah... Saksikanlah....
READ MORE - Empat Sebelas

Read Comments

Dear November

pinterest.com

Dear November,
Setelah berpuluh kali kau datang dan pergi,
Apakah kau menemu perubahan dalam hidupku?
Ataukah mungkin aku terlalu culas untuk kau amati?

Dear November,
Hujan masih turun satu-satu, menemanimu seperti yang sudah-sudah
Apakah hujan itu mampu membasuh langit?
Karena setiap detik, jutaan do'a naik
Dan sungguh,
aku tak mau mendapati do'a - do'a busuk itu tersangkut di langitmu, Novemberku

Dear November,
Berbaik hatilah pada kami
Jadilah saksi, akan semua perangai manusia di bumi


#OneDayOnePost
READ MORE - Dear November

Read Comments
 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men