Tentang Kamu

Siang dengan mentari yang tak terlalu tinggi, tiba-tiba saja aku mengingatmu. Bagaimana peluh itu kau alirkan dari segenap urat nadi kehidupan. Tapi pernahkah kau mengeluh?

Dalam ruang sunyi kita bersitatap. Dengan dua pasang mata yang berdiam di kelopak yang berbeda. Namun apa yang kita tatap selalu sama. Lilin yang kau nyalakan, sayang, sudah mati sejak dunia ini bernama. Lalu kemana aku harus mencari cahaya?

Saat pikiranku dan kamu bertemu. Persimpangan yang ada dengan sengaja melebur menjadi satu. Meniadakan noktah yang tadinya bercabang menggila. Suara-suara ribut dalam benak mendadak diam, hening seolah termakan kedap. Diantara keragu-raguan atas apa yang terjadi, kamu datang lagi. Meyakinkanku, bahwa esok, mentari yang sama akan kembali.

Mungkin kita sepasang kunci. Membuka satu sama lain. Berdua saling melengkapi, untuk memproteksi. Hilang satu, rusak segala. Peluh yang kau kucurkan, pada hari tak bernama, masih kusimpan rapi dalam lemari kita.

Jangan angkat jangkar, sayang. Biar laut menerpa kita. Air yang memercik, ombak yang meninggi, biarlah tetap menjadi sarapan pagi. Saat kapal ini bergolak, maka peganglah tanganku sekali lagi. Aku masih ingin mendengar bisikanmu, lagi dan lagi.
"Biarlah, karena Tuhan tidak pernah kehabisan cinta."

Cuti, hari pertama :D

Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men