Saya tidak paham, kadang sudah berusaha untuk memahami, tapi tetap tak ketemu juga kenapa. Hati itu rasanya lebih sulit dijangkau daripada orang itu sendiri. Hmm, ceritanya saya lagi menggalau. Atau mungkin marah, saya tidak tahu. Yang jelas harus ada sesuatu yang harus saya luapkan di sini.
Hari ini hari pertama saya mengajar lagi, setelah libur panjang puasa dan Idul
Fitri, tiga minggu lamanya. Saya merasa sedikit malas untuk memulai aktivitas
lagi. Tapi semua kemalasan itu biasanya hilang saat sudah kutemui wajah-wajah
polos yang sering membuatku tertawa itu.
Ada apa, ya, dengan hari kemarin? Rasanya tidak ada yang salah. Tapi dia,
seseorang itu, tiba-tiba saja marah. Menghilang. Dan itu membuatku gusar. Mau
minta maaf, saya tidak mengerti apa salah saya. Awalnya saya mencoba untuk
minta maaf. Lalu dia tanya, “memang kamu salah apa?”dan voila, tentu saja saya
tidak bisa menjawab.
Idealnya, mungkin, saya harus sabar, dan menunggu dia berhenti
manyun, lalu pelan-pelan berkata, “I don’t know why. Would you tell me?”
Biasanya dia akan berbaik hati untuk menjelaskan jika marahnya sudah
mereda. Dan, rata-rata aku memang bisa mengerti mengapa dia bisa marah.
Tapi Ojaaaan, ternyata teori tinggal teori. Faktanya kemarin malam saya malah
ikut marah. Hmm, benar-benar tidak dewasa.
Kadang saya ingin mengalah, tapi biasanya, ujung-ujungnya, saya
tidak berhasil. Dia-lah yang akan mengalah. Mungkin perbedaan umur diantara
kami yang cukup jauh juga berpengaruh. Saya cenderung sensitif,meledak-ledak,
dan biasanya tidak mau diskusi kalau sudah marah—diam—adalah bagian favorit
saya kalau sedang marah.
Tapi, hei, tahukah kamu. Saya paling takut kalau dia marah. Dia
tidak akan kasar, membentak, memaki. Dia bahkan tidak mendiamkan saya seperti
saya mendiamkannya. Dia masih menghubungi saya, tapi saya tetap saja merasa
takut. Aneh, ya? Hehe.. Hari sudah mulai siang. Nasi goreng tidak enak buatanku
juga sudah hampir habis. Saatnya bersiap-siap untuk mengajar. Dan saya harus
segera minta maaf padanya. Setidaknya, kalau dia tanya, “kenapa?” Saya sudah
mengantongi jawaban, “Karena saya ikut marah saat kamu marah.” Bukankah begitu?
Happy Monday then...
0 komentar:
Posting Komentar