Duh, Mana Ya?

Grasak, grusuk, duh!
Tangannya bergerak liar. Matanya juga. Diobrak abrik isi laci di meja belajarnya. Tapi tanganya hanya menemukan beberapa pulpen, pensil, kertas-kertas yang entah berisi apa. Matanya kembali menelusuri seisi kamar. Mana benda itu?

Hap! Ia naik ke atas meja belajar. Tangannya menggapai-gapai bagian atas lemari. Nihil. Yang ia temui hanya debu, tumpukan buku usang, dan sarang laba-laba. Hih! Ia mendengus semakin kesal.

Detik berikutnya, ia lompat lagi. Kasur dijungkirbalikkan, berharap barangkali benda itu ada di baliknya. Sayang, yang ia temukan juga hanya asosiasi debu menebal tak terkendali.

"Euh, kesiangan berat ini mah!" Ia panik. Teringat dosen killernya yang pasti sukses menjadikannya objek penderita jika hari itu datang terlambat. Pupus sudah harapannya menjadi bintang di hari itu.

Padahal, ia sudah membuat slide persentasi yang amat ciamik. Sampai begadang membuatnya. Ia ingin mencuri perhatian si dosen killer. Syukur-syukur perhatian si lelaki pojok juga ikut tercuri. Ehem! Seisi kelas akan terkagum-kagum dengan presentasi yang akan dibawakannya hari itu. Amboi, indahnya!

Baju, jilbab, tas, sepatu, sudah oke. Tinggal berangkat. Tapi, tanpa benda itu, ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia melirik jam tangan. Sia-sia, walau terus mengintip, jam tangan itu tak akan mau berhenti barang sebentar, apalagi bergerak mundur.

"Kamar mandi kali ya?" Ia teringat suatu tempat. Mungkin ia lupa, meletakkan benda itu di sana. Lalu ia berlari, terantuk handuk yang melingkar di lantai.
"Aish! Kenapa juga ini handuk ada di sini!"
Ia lanjutkan pencarian ke kamar mandi. Mencari sesuatu dengan diburu waktu, adalah hal yang menyebalkan.

Seorang pelupa, ia akui itu. Kerap ia lupa dimana menaruh Handphone, kunci motor, dan benda urgen lainnya. Tapi biasanya, dengan segera benda-benda itu bisa ditemukan di suatu tempat di rumah.  Tidak pernah sesulit ini menemukannya. Apakah masih adatl tempat yang belum diperiksa? Rasanya sudah seluruh sudut rumah tersapu pandangannya.

Rasanya ia ingin marah. Andai ia bisa mengatur waktunya lebih baik... Tidak harus begadang, tidak harus ketiduran menjelang shubuh, tidak harus...

"Cari apa sih Kak, kamar sampe awut-awutan?"
Adik laki-lakinya bertanya sambil mengerutkan kening, mengagetkannya.

"Kamu liat kacamata Kakak? Kakak mau presentasi nih! Mana bisa presentasi tanpa kacamata. Muka kamu aja remang-remang!"

Si adik menatapnya penuh arti. Antara bingung, kasihan, prihatin, ah entahlah.

Lalu, tanpa bicara, sang adik menariknya ke depan cermin besar depan lemari.

"Noh." Katanya pendek.
Menunjuk kacamata yang bertengger manis di atas kepalanya. Ia hanya bisa nyengir, lebar sekali.

#OneDayOnePost
#TantanganHariKesatu

Read Comments

7 komentar:

MEI PURPLE mengatakan...

Haha iput pun pernah bgtu😂

Unknown mengatakan...

Hanya orang2 berkacamata tau penderitaan susahnya kalau nyari kacamata ya :D

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Vinny Martina mengatakan...

Ih bagus banget fiksinya. Aku sampe oenasaran bacanya.

Sang Mahadewa mengatakan...

Wow, keren cerita ini.

Unknown mengatakan...

Makasih mbak..akhirnya bisa dikomen juga ya blogku :D

Unknown mengatakan...

Mksh sudah berkunjung

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men