Hujan dan Kopi

Secangkir kopi tidak mengepul sore ini. Bukan karena aku alfa menyeduhnya. Tapi karena aku lebih memilih kopi dingin. Padahal hujan sedang bernyanyi di luar sana. Tapi kopi dingin masih terasa nikmatnya.

Hujan sore ini mengingatkanku pada masa lalu.

Saat sepatuku yang hanya satu-satunya, basah. Aku berlari mencipratkan air ke kanan dan ke kiri. Rambut hitamku yang belum tertutup jilbab, basah sempurna. Tas gendong berupa boneka beruang, juga hilang keringnya. Tapi aku masih tetap bisa tertawa.

Satu dua kawan seperjalanan habis di beberapa belokan. Saling melambai, mengucapkan salam atau sekedar mengingatkan kembali lelucon tadi siang. Puas kami tertawa di hari itu. Menertawakan apa saja. Seperti yang sudah-sudah.

Baju merah putihku juga basah. Tapi aku tak peduli. Masalah dimarahi, itu bisa dipikirkan nanti. Yang penting, sekarang aku senang. Buku pelajaran basah, juga tak apa. Biar nanti Mama yang cari cara untuk mengeringkannya. Takut masuk angin? Itu daftar paling akhir. Anak kecil tak pernah peduli dengan kesehatannya.

Hujan dan kopi.

Dua hal yang selalu nikmat untuk diresapi. Hujan selalu berhasil membuatku rindu. Rindu masa lalu, rindu keluarga, rindu berbuat baik, rindu apa saja.

Hujan mereda, dan perlahan aku kembali pada masa kini. Tanpa kusadari baju-baju merah putih itu telah berganti pemilik. Bukan menempel pada badanku lagi. Tapi pada mereka, puluhan pasang mata yang siap menerima ceramahku saban pagi. Kini aku gurunya. Kini mereka penerus estafet dakwah.

Ah, dunia sepertinya terlalu cepat berputar.
Berapa ratus bahkan ribu hujan telah kulewati, tapi diri ini belum juga selesai kuperbaiki.



#OneDayOnePost

Edisi nulis lima menit tanpa edit. Gak jelas, nulis we pokonamah!


Read Comments

5 komentar:

Wiwid Nurwidayati mengatakan...

Saya juga cinta human Mb, entah seperti ada sesuatu yang lembut memelukku Dan membuatku nyaman

Unknown mengatakan...

Hebaat nih Bu Siti. Heheee
Saya agak terganggu dengan kata "tapi" yang jaraknya berdekatan. Hihi

Unknown mengatakan...

Benaaar.. Itulah perlunya mengendapkan tulisan lalu diedit ya.. Nulis tiap hari emang susah, keburu2 deadline. Makasih masukannya

Unknown mengatakan...

Apalagi sambil selimutan ya mbak...

Musabbiha el Abwa mengatakan...

hujan selalu membawa kita ke banyak kenangan. Keren mba Siti

Posting Komentar

 

Copyright © 2008 Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez | Blog Templates created by Web Hosting Men