www.pixabay.com
“Mi, kopinya jangan yang gitu lah.” Suami saya
mengerutkan keningnya. Mulai gerah dengan saya yang intens menyeduh kopi saban
pagi.
“Kopi itu
warnanya hitam, ada ampasnya. Bukan yang begituan” Saya hanya nyengir. Mengiyakan.
Setuju. Tapi belum tentu mau nurut.
Entah kenapa
kebiasaan buruk ini kembali. Dulu, waktu kuliah di awal-awal semester, saya
doyan ngopi—juga yang jenisnya begini—coklat tanpa ampas, tidak sehat. Sekarang
terulang lagi. Padahal tidak mudah melepaskan diri dari jeratan kafein.
Mungkin,
awalnya dari rasa lelah saya saat sedang hamil besar. Mengajar di kelas yang
super aktif dengan badan berat, itu luar biasa melelahkan. Belum lagi kondisi
guru kelas sebelah yang tiba-tiba resign,
membuat saya kerap harus mengajar juga di jam yang seharusnya kosong. Bayangkan
saja, seorang ibu hamil mengajar dari jam tujuh sampai setengah tiga. Tanpa jam
kosong. Dan keadaan kelas saya sekarang, keren-keren banget dah anaknya, menuntut mobilitas tinggi.
Satu autis,
dua slow learner, dan satu hyperaktif. See? Seorang helper di
kelas, tidak cukup. Kami masih kewalahan. Nah si akang hyperaktif ini—yang ternyata sekarang bikin kangen—kasus terbarunya
adalah melorotin celana Pak Guru SMP, duh! Ia kerap kabur dari kelas. Sekembalinya
“berkelana” keliling sekolah, ada saja barang yang ia bawa. Mulai dari kardus
bekas, sapu dan pengki yang diambil dari gudang, corong lengkap dengan selang
buat ngisi bensin—jangan nanya dapet darimana, saya juga gagal paham—sampai sikat
toilet. Sing sholeh nya bageur! Hapunten Ibu
curhat didieu.
Dan kondisi
hamil itu juga membuat saya kerap tertidur ketika mengajar Al-Qur’an. Pukul 09.30,
selepas istirahat, saya duduk manis melingkar dengan sembilan belas anak yang
bacaan Qur’annya sudah bagus. Kelompok yang saya pegang adalah kelompok yang
paling bagus bacaannya. Disaat yang lain masih belajar membaca tartil, kelompok
saya sudah belajar Gharib. Tiga puluh
menit menyimak satu persatu bacaan anak yang sudah tartil—dan nikmat didengar—kerap
membuat Al-Qur’an yang saya pegang, terjatuh. Yah, menggelincir begitu saja
karena saya ketiduran.
Alhasil, saya
rajin ngopi di jam istirahat. Berharap sedikit tamparan kafein mampu membuat
saya jadi guru Al-Qur’an yang baik. Khusyuk menyimak dan bukan guru yang doyang
ketiduran. Jadilah kebiasaan ngopi itu terbawa sampai sekarang. Pusing kepala rasanya
kalau belum menghirup kafein pagi hari. Me
time with caffeine, sounds not too bad, isnt it?
Celakanya
ternyata beberapa hari ini segelas kopi itu nambah dosis. Haha, malam-malam
seringnya ngopi lagi. Semakin bawel lah sang suami tercinta.
Melenceng jauh
dari judul nih...
Di tulisan
ini, intinya saya hanya ingin kembali mengingatkan, me time itu tetap harus kita punya. Terigat tulisan Mbak Kiki
Barkiah yang kece abis, tentang menjaga kewarasan sebagai ibu rumah tangga. Saya
sekarang Ibu Rumah Tangga, dan menjaga diri tetap waras, memang sulit. Well, waras di sini adalah waras yang
sebenar-benarnya waras. Menjaga kewarasan intonasi suara, sikap tubuh,
menghindari hukuman fisik, omelan-omelan tidak perlu, hal-hal seperti itu. Karena
sungguh, anak kecil itu memang sangat pandai mendongkrak emosi.
Me time saya sederhana. Tidak perlu meni-pedi atau creambath di salon. Cukup turun ke dapur, menyeduh kopi, membaca
novel, menulis, atau nonton film di laptop, selesai. Hal itu sudah membuat saya
bahagia. Tapi sungguh, bahkan kadang hal sepele seperti itu pun sulit untuk
dilakukan. Kadang dalam satu hari, me time saya hanyalah sedikit berlama-lama
saat mandi. Hahaha...
Sungguh
perjuangan menjadi seorang ibu. Seperti semalam, si bungsu yang oek-oek dari
jam satu malam, dan baru bisa tidur lagi jam setengah empat pagi. Padahal saya
baru lelap tertidur pukul dua belas. Saat mata sudah nyaman menutup, eh, si
sulung bangun. “Ummi... Ummi... gugah.”
Begitu katanya. Pening lah kepala saya.
Ah, tidak ada
salahnya kopi renceng murahan ini saya seduh. Karena di setiap sesapannya, saya
kembali mendapat energi menghadapi hari-hari sebagai Ibu Rumah Tangga yang akan
berakhir satu bulan lagi.
Rabbi habli minash sholihiin...
#OneDayOnePost
7 komentar:
Semngat mb siti. Sy jg srg jdiin kopi sbg pnghalang kntuk. Tp kopi nescaffe mb. Bkn kopi pait. Btw sy bngung dg kalimat terakhr ni mb.
Oooh.. Itu maksudnya masa cuti melahirkan saya habis sebulan lagi mbak.. Hehe.. Nanti kembali jd ibu berkarir. Dipikir2 aneh juga kalimatnya.makasih masukannya
Oooh.. Itu maksudnya masa cuti melahirkan saya habis sebulan lagi mbak.. Hehe.. Nanti kembali jd ibu berkarir. Dipikir2 aneh juga kalimatnya.makasih masukannya
Me time ibu rumah tangga adalah ketika berkumpul Dan saling bercerita kemudian tertawa terbahak-bahak bersama
mantrap bu guru
mantrap bu guru
Me time with a cup of coffee? Mantaappp :)
Posting Komentar